Dato Tan Sri Tony Fernandes, 47, adalah satu nama yang mencuri perhatian di industri perbangan dunia sejak 10 tahun lalu. AirAsia, maskapai asal Malaysia, yang didirikannya terpilih sebagai penerbangan low cost terbaik tiga tahun terakhir berturut-turut versi Skytrax.
Tony, kini masih menjadi Group CEO AirAsia, pun memberikan warna lain di industri penerbangan dengan meluncurkan maskapai yang terlihat funky-salah satunya dimunculkan dengan penggunaan warna merah menyala untuk semua simbol AirAsia.
Bisnis berkesempatan mewawancarai khusus konglomerat yang terpilih sebagai Businessman of the Year 2011 di tingkat Asia versi Forbes Asia itu di sela-sela kesibukannya menandatangani pembentukan AirAsia Japan Co Ltd akhir pekan lalu.
Berikut petikan wawancara khusus dan petikan pernyataan Tony dalam konferensi pers pembentukan AirAsia Japan, perusahaan patungan AirAsia dan All Nippon Airways:
Fernandes di nama belakang Anda jarang jarang digunakan oleh warga Malaysia keturunan India seperti Anda. Terdengar lebih berbau Spanyol?
Nama itu berasal dari orang tua saya yang memang lekat dengan nama-nama Portugis. Leluhur ayah saya tinggal di wilayah Gowa, India. Dari mereka lah saya punya darah Brasil yang dulu adalah jajahan Portugis. Jadi, Fernandes itu memang nama yang lazim di keluarga kami.
Apa yang ada di benak Anda pertama kali ketika mengambil alih AirAsia yang saat itu kondisinya mengenaskan. (Tony mengambil alih AirAsia yang semula dikelola DRB-Hicom dengan nilai akuisisi simbolis 1 Ringgit Malaysia pada Desember 2001. Dia juga setuju untuk mengambil alih utang maskapai itu yang mencapai 40 juta Ringgit Malaysia.)
Survival. Itulah pertama kali yang ada di benak saya. Dengan modal setengah juta dolar AS saat itu, saya harus mampu menjalankan perusahaan ini. Terus terang, saya juga takut gagal. Banyak orang yang bergantung hidupnya pada perusahaan ini. Berarti, mereka itu bergantung kepada saya. Saya harus bisa bertahan.
Akhirnya, kurang dari 2 tahun, kami berhasil melunasi utang-utang itu. Kini, pegawai yang semula hanya 250 orang, sekarang sudah lebih dari 8.000 orang pegawai. Semula kami hanya punya 2 pesawat, sekarang kami punya 104 pesawat yang melayani 79 tujuan.
Sekarang AirAsia menjadi salah satu nama terkenal di industri penerbangan dunia. Sebenarnya apa yang membuat Anda memutuskan untuk menggarap penerbangan hemat biaya?
Dulu saya kuliah di Inggris. Saya belum tentu bisa pulang setahun sekali karena biaya pesawat terbang sangat tinggi. Sedih sekali rasanya saat itu. Kepada ayah, saya bilang, "Dad, satu masa nanti saya akan punya perusahaan penerbangan dengan tiket murah." Makanya saya terharu, ketika akhirnya ada penerbangan perdana AirAsia ke London. Impian saya tercapai. (AirAsia membuka penerbangan pertama ke London pada 11 Maret 2009). Saya ini memang seorang pemimpi sejati.
Begitu juga saat saya masuk ke Jepang. (Tony menggandeng All Japan Airways, maskapai dengan jumlah penumpang terbesar di Negeri Sakura). Orang Jepang tidak akrab dengan penerbangan low cost yang menjadi ciri AirAsia. Mereka biasanya full service. Untuk itu, kami menggandeng All Japan yang punya pengalaman panjang di sini. Nah, mungkin saja satu saat nanti akhirnya tiket pesawat di Jepang bisa lebih murah dibandingkan dengan ongkos taksi.
Anda menjual jargon 'Kini, semua orang bisa terbang" ketika masuk industri penerbangan low cost. Siapa yang membuat dan bagaimana bisa sampai tercipta jargon itu?
Tagline. Satu kata itu terus terpikirkan ketika kami mengambil alih AirAsia. Tagline, tagline, tagline... pokoknya saya harus punya tagline yang benar-benar menggambarkan mimpi saya. Akhirnya, saya ketemu jargon itu saat di kamar mandi: 'Now everyone can fly'.
Memang begitu, di kamar mandi lah saya sering menemukan ide-ide yang akhirnya saya wujudkan di berbagai perusahaan yang saya pimpin. Mengapa di kamar mandi? Mungkin karena saat di kamar mandi itulah saya lebih banyak sendiri dan meyakini sesuatu yang mungkin tidak dipercaya orang lain.
AirAsia pastilah satu mimpi yang akhirnya bisa Anda wujudkan. Sebagai pemimpi sejati, apa mimpi Anda selanjutnya?
Saya ingin mewakili tim bulutangkis Indonesia... ha...ha...ha.... Tidak, saya cuma bercanda. Saya bermimpi punya tim sendiri yang ikut balapan di Formula Satu. (AirAsia sudah menjadi sponsor F1). Saya juga berangan-angan punya industri mobil listrik karena persoalan bahan bakar yang dihadapi dunia sekarang, bakal semakin menjadi-jadi pada masa mendatang.
Terus terang mimpi saya banyak. Cuma ada yang bisa saya lakukan sekarang, ada juga yang memang belum bisa. Salah satu filosofi hidup saya adalah "Kalau ada kesempatan, lakukan. Jangan buang-buang waktu."
Apa yang Anda rencanakan untuk AirAsia Indonesia termasuk yang masih ada menjadi mimpi-mimpi Anda?
AirAsia Indonesia harus menjadi besar dan menjadi pusat AirAsia Asean. Banyak tempat yang berpotensi dan teramat indah untuk dikunjungi di Indonesia. Indonesia itu amat menakjubkan dari sisi budaya dan turisme. Bagi AirAsia itu menjadi peluang yang amat besar. Penerbangan low cost menjadi salah satu pilihan untuk mendistribusikan orang dari berbagai tempat itu di Indonesia.
(Bisnis Indonesia)
CARA MUDAH BERBISNIS TIKET PESAWAT
Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online
BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA
Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??
Senin, 25 Juli 2011
Tony Fernandes: Semua bermula dari kamar mandi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar