CARA MUDAH BERBISNIS TIKET PESAWAT

Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Apakah anda sudah siap untuk Bergabung??

Bergabung? silahkan klik disini

Kamis, 16 Januari 2014

Kisah JK Taklukkan Banjir Cengkareng

Kisah JK Taklukkan Banjir Cengkareng
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla memberikan keterangan kepada wartawan di kantor PMI, Jakarta, Selasa (29/5/2012). Terkait pencalonan presiden yang diusung Partai Golkar, wakil presiden ke sepuluh ini tidak akan mencampuri urusan internal partai berlambang pohon beringin tersebut.


Hari itu Jusuf Kalla (JK) benar-benar kesal. Pasalnya, sudah beberapa hari ia menyaksikan tayangan televisi, ratusan pesawat tertunda lepas landas dan mendarat. Para penumpang di terminal-terminal Bandara Soekarno-Hatta terlunta tak tentu arah.

Pangkal soal adalah banjir di jalan menuju bandara yang menyebabkan kendaraan tidak bisa lewat. Jalan alternatif melalui Tangerang juga mengalami kemacetan total karena di mana-mana air menggenangi jalan lebih dari semeter.

Kalkulasi dagang JK bereaksi. Ia menghubungi salah seorang pejabat dengan menanyai berapa kerugian negara per hari akibat penundaan pendaratan dan keberangkatan semua pesawat. Pejabat yang ditanya, tak mampu menjawab. JK pun kian bereaksi, kalau hitungan simpel seperti itu saja tidak bisa dilakukan, ya, pantas saja kondisi ini terus menerus terjadi tiap musim hujan datang. Pasti tidak ada upaya perbaikan.

JK langsung mengontak pejabat yang memiliki otoritas di bidang infrastruktur. Mengapa setiap musim hujan, selalu saja banjir ke bandara. Dan kawasan banjir itu, selalu di tempat yang sama setiap tahun. "Kok tidak ada upaya untuk mengatasinya. Ada apa sesungguhnya di sana. Di mana masalahnya dan bagaimana cara mengatasinya," desak JK.

Yang ditanya mulai memberikan alasan. Sejurus kemudian, Sang Pejabat menerangkan secara teoritis.

JK langsung memotong pembicaraan. "Kalau sekedar teori, kan sudah lama mesitnya anda selesaikan itu, sebab kejadian ini selalu terjadi. Jangan lagi pakai alasan teori sekarang. Yang dibutuhkan publik adalah bagaimana mengatasi kebanjiran di bandara agar orang bisa tiba dan berangkat sesuai jadwal yang ditentukan. Ini ekonomi terganggu sekali karena banjir ini. Coba lihat apa yang terjadi di bandara kita sekarang. Orang bisa mengamuk nantinya."

Tak puas dengan itu, JK langsung bertanya, "berapa jumlah mesin pompa yang ada di daerah banjir yang terpasang sekarang?"

"Ada dua pak," kata Pak Pejabat.

"Ya, bagaimana mungkin anda bisa mengatasi banjir kalau begitu. Dua buah pompa tidak akan mungkin bisa menyedot air yang mengalir deras dan banyak. Saya tidak mau tahu caranya, anda cari pompa sebanyaknya dan letakkan sekarang juga di sana. Saya akan kunjungi kawasan tersebut jam 5 sore ini," perintah JK tak sabar.

Pejabat tentu saja segera bereaksi sebelum JK tiba sore hari di lokasi banjir. Perintah bos jadi mutlak dijalankan. Apalagi, disertai dengan marah. Tak ada pilihan bagi Sang Pejabat hari itu. Teori pun tidak laku di mata JK.

Benar juga, JK datang di lokasi banjir. Saat itu, genangan air sudah mulai habis. JK langsung tersenyum lebar. Soalnya, pompa-pompa yang didatangkan Sang Pejabat sudah berjalan sejak beberapa jam sebelum kedatangan JK di lokasi.

"Nah, mengapa selama ini, tahun demi tahun, anda tidak berpikir praktis seperti ini. Kan anda tahu bulan berapa hujan di Jakarta ini. Curahannya pun anda bisa perkirakan. Ya, pada saat itu, siapkan dong pompa. Kalau jauh hari sebelumnya anda siap seperti ini, tidak perlu negara kita mengalami kerugian karena bandara tidak berfungsi," tegas JK.

Balik dari lokasi banjir, JK mulai menyusun rencana. Ini adalah tahun terakhir bandara mengalami banjir. JK langsung menghubungi lagi pejabat di bidang sarana dan prasarana untuk segera membangun jalan layang di lokasi banjir tersebut. Biar hujan sederas bagaimana pun, tidak akan meninggalkan genangan di kawasan banjir tersebut.

Sang Pejabat memberitahu JK bahwa kawasan banjir tersebut tidak bisa dibangun apa pun karena itu menyangkut kawasan hutan lindung. Kalau dibangun jembatan atau jalan layang maka pasti sejumlah areal kawasan lindung tersebut diambil.

JK bertanya, "Siapa yang memiliki kewenangan untuk menentukan itu semua?'

"Depertemen Kehutanan, Pak," jawab pejabat di bidang prasarana tersebut.

JK langsung mengontak pejabat Departemen Kehutanan dan tidak memberi sedikit pun kesempatan untuk menolak program JK, membangun jalan layang di kawasan banjir tersebut.

"Kalau itu kawasan lindung dan tidak boleh dipakai hanya untuk jalan layang, maka sekarang juga, demi kepentingan negara dan bangsa, jadikan itu sebagai kawasan yang bisa dipakai. Kalau ada aturan yang melarangnya, maka segera ubah aturannya. Ini soal krisis yang harus ditangani sekarang juga. Pokoknya, saya tidak mau tahu, kawasan banjir di Cengkareng, harus dihindari. Caranya, saya mau bangun jalan layang di sana," tegas JK.

"Lagi pula, kalau itu kawasan lindung, mengapa banyak bangunan gudang, perumahan, dan bahkan ada hotel tidak jauh dari pusat banjir. Mengapa itu semua diperbolehkan padahal itu kan sumber banjir yang ada," tegas JK.

Wapres tidak hanya berhenti pada rencana dan perintah. Ia langsung melakukan tindakan dengan cara menunjuk langsung sebuah BUMN yang bergerak di bidang kontruksi jalan. Soal Kepres pengadaan dan pelelangan, itu bisa kita pakai kalau kondisi normal. Sekarang ini, sangat tidak normal, pikir JK.

Nah, kurang dari setahun, jalan layang di kawasan banjir, dari dan ke bandara Soekarno-Hatta telah terpakai. Banjir yang menghambat penerbangan tiap tahun, tinggal sebagai kenangan.

Sumber : jusufkalla.info

*Kisah ini diambil dari buku "Solusi JK: Logis, Spontant, Tegas dan Jenaka", ditulis oleh Hamid Awaludin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar