Total nilai kerugian bersih kuartal pertama maskapai ini mencapai 443,4 juta ringgit atau sekitar Rp 1,6 triliun. Nilai kerugian ini meningkat hampir dua kali lipat dari kerugian bersih yang dicatatkan pada kuartal pertama 2013 senilai 278,8 juta ringgit atau setara Rp 980 miliar.
Meski demikian, pendapatan maskapai ini masih tercatat naik 1,7 persen, menjadi 3,6 miliar ringgit atau setara Rp 12,6 triliun. Malaysia Airlines telah mencatatkan kerugian dalam lima kuartal berturut-turut. Misteri hilangnya penerbangan MH370 semakin menekan perusahaan yang sudah terbelit persoalan mahalnya harga bahan bakar dan biaya operasional.
Sejak hilangnya penerbangan MH370, Malaysia Airlines telah kehilangan 60 persen pangsa pasar penumpang dari dan ke Tiongkok pada Maret 2014. Pembatalan dan penurunan frekuensi penerbangan yang melayani rute terkait negeri tirai bambu itu menjadi penjelasannya.
Penerbangan MH370 milik Malaysia Airlines hilang pada 8 Maret 2014 dengan 239 orang di dalam pesawat, dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Dua pertiga dari jumlah itu berasal dari Tiongkok.
Hilangnya pesawat ini membuat posisi keuangan Malaysia Airlines memburuk, menggagalkan rencana mereka untuk mulai mencatatkan laba kembali pada tahun ini. Pada 2013, maskapai milik Pemerintah Malaysia tersebut mencatatkan total kerugian 1,17 miliar ringgit, setara Rp 4,2 triliun, hampir tiga kali lipat kerugian pada 2012.
Perkembangan pencarian MH370
Malaysia Airlines berencana meninjau ulang model bisnis mereka untuk memastikan rencana bisnis mereka masih akan tetap berkelanjutan. Menteri Pertahanan yang juga Plt Menteri Transportasi, Hishammuddin Hussein, pada hari yang sama menyatakan, Pemerintah Malaysia tak akan memberikan bantuan keuangan untuk menyelamatkan maskapai ini.
Pada konferensi pers Kamis sore, Hishamuddin mengatakan pula bahwa kabinet telah menyetujui rencana yang dibuat bersama Tiongkok dan Australia untuk beralih ke fase pencarian laut dalam, terkait misteri hilangnya pesawat Boeing 777-200ER milik Malaysia Airlines itu. Pencarian masih berkutat di Samudra Hindia di sebelah barat Australia.
Langkah pertama yang akan dilakukan Pemerintah Malaysia adalah menganalisis ulang akumulasi data yang ada sejauh ini untuk mengidentifikasi area pencarian yang lebih akurat. Langkah kedua yaitu memetakan dasar laut di area pencarian, kemudian mengerahkan peralatan bawah laut yang paling tepat untuk medan tersebut.
Saat ini upaya pencarian sedang dihentikan sementara, menyusul kerusakan bluefin21 yang butuh penggantian suku cadang. Cacat pada transponder telah menghambat komunikasi antara kapal selam dengan robot bawah air tersebut. Diperkirakan butuh beberapa hari untuk mendapatkan suku cadang yang dibutuhkanbluefin tersebut.
Sumber: kompas.com
wah menarik juga artikelnya gan..
BalasHapuscoba juga http://ngeklik.com/?id=azril19