Perusahaan industri dirgantara European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) di Paris Air Show 2011 yang diselenggarakan di bandara Le Bourget, Paris, mengumumkan akan meluncurkan pesawat supersonik tanpa emisi (Zehst) yang mampu terbang dari Paris ke Tokyo dalam 2,5 jam pada 2050.
Jean Botti, Kepala Teknis EADS, seperti dilansir "channelnewsasia.com", mengatakan, "Saya membayangkan pesawat masa depan terbang seperti Zehst. Pesawatnya rendah polusi yang dapat membawa sekitar 50 hingga 100 penumpang. Pada penerbangannya didukung oleh biofuel yang terbuat dari rumput laut sebelum mengaktifkan mesin roket di tingkat ketinggian tertentu".
Mesin roketnya didukung oleh hidrogen dan oksigen yang hanya membuang uap air. Mendorong pesawat ke ketinggian jelajah 32 kilometer dibandingkan pesawat jet penumpang saat ini yang terbang di ketinggian 10 km sampai 12 km di atas permukaan laut.
"Pesawat tidak akan mencemari, karena berada di lapisan stratosfer. Pada pendaratan, pilot akan mematikan mesin dan meluncur turun ke bumi sebelum menyalakan kembali mesin biasa sebelum mendarat," kata Botti.
Pihak EADS berharap prototipenya selasai dibangun pada 2020 dan untuk pesawat akhirnya selesai sekitar 2050. Pada projek ini dikembangkan EADS bekerjasama dengan Jepang dan juga menggunakan teknologi yang kini sudah tersedia.
Sebuah model dari pesawat, panjangnya sekitar empat meter, yang terlihat mirip dengan jet supersonik Concorde akan dipamerkan di Paris Air Show 2011 yang diselenggarakan dari 20 hingga 26 Juni 2011.
(Pikiran Rakyat Online)
Jean Botti, Kepala Teknis EADS, seperti dilansir "channelnewsasia.com", mengatakan, "Saya membayangkan pesawat masa depan terbang seperti Zehst. Pesawatnya rendah polusi yang dapat membawa sekitar 50 hingga 100 penumpang. Pada penerbangannya didukung oleh biofuel yang terbuat dari rumput laut sebelum mengaktifkan mesin roket di tingkat ketinggian tertentu".
Mesin roketnya didukung oleh hidrogen dan oksigen yang hanya membuang uap air. Mendorong pesawat ke ketinggian jelajah 32 kilometer dibandingkan pesawat jet penumpang saat ini yang terbang di ketinggian 10 km sampai 12 km di atas permukaan laut.
"Pesawat tidak akan mencemari, karena berada di lapisan stratosfer. Pada pendaratan, pilot akan mematikan mesin dan meluncur turun ke bumi sebelum menyalakan kembali mesin biasa sebelum mendarat," kata Botti.
Pihak EADS berharap prototipenya selasai dibangun pada 2020 dan untuk pesawat akhirnya selesai sekitar 2050. Pada projek ini dikembangkan EADS bekerjasama dengan Jepang dan juga menggunakan teknologi yang kini sudah tersedia.
Sebuah model dari pesawat, panjangnya sekitar empat meter, yang terlihat mirip dengan jet supersonik Concorde akan dipamerkan di Paris Air Show 2011 yang diselenggarakan dari 20 hingga 26 Juni 2011.
(Pikiran Rakyat Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar